Namun, para guru terutama guru BK harus terus memberikan penguatan untuk siswa. Tiap minggu diadakan sesi konsultasi 1 jam per anak.
Baca Juga: Gempa Cianjur, Poskibar Penuhi Kebutuhan Oksigen di Daerah Bencana
"Ada guru BK 4 orang di sini memegang 32 kelas. Kami selalu menyampaikan, jika ada siswa yang menjadi korban harus mau speak up, berani bicara," ungkap.
Baginya, "speak up" ini bukan hanya dilakukan oleh korban. Namun, bagi saksi atau pihak yang mengetahui tindakan perundungan yang terjadi harus berani bersuara juga.
"Karena dampak perundungan itu sangat luar biasa. Bahkan dampak paling parah ketika sudah tidak nyaman di sekolah dan ingin pindah," tuturnya.
Baca Juga: 'Gelar Pangan Murah', Cara Pemkot Bandung Tekan Inflasi
Ia memaparkan, biasanya saat anak melakukan bullying, guru akan mencari informasi dari korban terlebih dahulu. Setelah itu baru menggali informasi dari terduga pelaku.
Pihak sekolah juga kerap mempertemukan kedua belah pihak untuk menyelesaikan permasalahan bersama.
"Sebab, kadang korban juga merasa ada kesalahan yang ia perbuat sehingga pelaku bertindak seperti itu kepadanya. Kalau sudah punya ketakutan untuk masuk sekolah, ini yang akan kami treat," katanya.
Salah satu upaya preventif SMPN 2 Bandung adalah dengan memotong poin siswa yang melanggar peraturan.
Artikel Terkait
Cerita Kepala SMKN 1 Cugenang Evakuasi Siswa saat Gempa Cianjur
Ridwan Kamil Beri Nama Seorang Bayi yang Lahir di Tenda Pengungsian
Siswa Terdampak Gempa Cianjur akan Mendapat Trauma Healing
'Gelar Pangan Murah', Cara Pemkot Bandung Tekan Inflasi
Gempa Cianjur, Poskibar Penuhi Kebutuhan Oksigen di Daerah Bencana