bjb KPR General_Media Online_Media Online
news-details
Kuliner
Warung Kopi Imah Babaturan, salah satu referensi kulineranmu di Bandung.

Hangat dan Akrab, Sensasi Seru Makan di Imah Babaturan

 

BERITABAIK.ID - Jika kamu sedang mencari tempat makan rumahan di Bandung, tempat satu ini bisa jadi rekomendasi buatmu loh! Ya, namanya Imah Babaturan yang terletak di Jalan Kebon Bibit No. 3 Kota Bandung.

Berdiri sejak Oktober 2015, Warung Kopi Imah Babaturan menjadi salah satu warkop yang juga menjual menu makanan berat. Kalau main ke Bandung, wajib melipir ke tempat satu ini.

Secara filosofis, Imah Babaturan atau yang berarti Rumah Teman memiliki konsep "seperti makan di rumah teman". Muhammad Nurul Hudha, pemilik Imah Babaturan menceritakan filosofi singkat dari nama warkop miliknya.

"Jika berfilosofi, Imah Babaturan itu artinya rumah teman. Kalau ingat zaman sekolah dulu main ke rumah teman itu, ibunya masak apa saja kok terasa enak. Jadi kita ingin buat suasana yang hangat di sini. Orang datang ke tempat makan yang baru, tapi rasanya tidak asing, seperti ke rumah teman sendiri," papar Hudha dalam keterangan resmi Humas Kota Bandung.

Meski masih pagi, sejak pukul 07.00 WIB, Imah Babaturan sudah dipadati pengunjung. Ada yang habis berolahraga bersama teman dan keluarga, meeting, atau bahkan sengaja berkunjung sendiri.

Saat masuk ke dalam Imah Babaturan, pengunjung memesan makan terlebih dahulu dan langsung membayar. Setelah itu bisa duduk di tempat yang diinginkan.

Baca Juga: Penting Disimak, Begini Caranya Lepas dari Sikap ‘People Pleasure’

Salah satu hal menarik dari Imah Babaturan juga ada pada furniturnya. Semua tampak sederhana, alat masak, alat makan, dan tempat duduk. Ternyata, menurut cerita sang owner, kursi dan meja tersebut diperoleh dari sebuah madrasah.

"Ada madrasah yang mau jual bangku-bangkunya. Kebetulan karena saat itu budget kita masih minim, belum bisa beli furnitur di IKEA. Jadi ya beli dari madrasah saja," ujar Anggia Bonyta, istri Hudha yang juga merupakan pemilik Imah Babaturan.

Tak ada menu andalan di sini karena semua menu merupakan favorit dari konsumen. Namun, Hudha mengatakan, menu paling 'tua' di sini adalah tongseng kambing dan gulai kambing tulangan.

Setelah berjalan, mereka pun memiliki banyak menu lainnya yang tak kalah favorit, seperti cumi cabai hijau, nasi goreng ayam kampung, dan nasi goreng kambing.

"Menu kita tidak banyak, sehingga semua pelanggan punya favoritnya masing-masing. Bahkan ada menu mingguan juga di sini yang berganti setiap Jumat. Jadi menu itu adanya Jumat-Kamis di pekan berikutnya," jelas Hudha.

Ia mengaku, jika menu mingguan tak memiliki pola pergantian khusus. Semuanya disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan saat itu.

"Menu buat di rumah juga ini tuh sebenarnya. Tak ada pola dan rumus pergantian menunya. Tergantung minggu ini mau makan apa, ya kita bikin saja sekalian dijual," ungkapnya.

Baca Juga: Coba Sensasi Nongkrong di Dots Board Game Cafe Bandung

Alhasil, menu mingguan ini justru menjadi data tarik tersendiri bagi pengunjung Imah Babaturan. Banyak pelanggan yang menanti menu mingguan favoritnya ada. Bahkan, sampai ada yang datang dari Papua untuk sengaja melipir ke Imah Babaturan demi menyantap menu kesukaannya.

"Ini juga untuk menyiasati menu reguler yang tidak banyak tadi karena dapur kita kecil. Sehingga orang bisa makan menu yang lain ketika datang ke sini selain menu reguler. Biar tidak bosan dan selalu punya alasan untuk datang ke Imah Babaturan," ujar Anggia.

Baginya, tidak ada waktu spesifik untuk rutin mengeluarkan menu terbaru. Ia hanya mengingat-ingat menu apa saja yang pernah dimasak ibunya dulu. Semua menu yang tiba-tiba teringat akan muncul di menu mingguan.

Delapan tahun berdiri, Imah Babaturan telah mempekerjakan 20 orang karyawan. Ini pun menjadi hal unik dari Imah Babaturan. Tak seperti waiters di tempat makan lain, penampilan karyawan di sini tergolong nyentrik.

Hudha menuturkan, jika memang ia dan sang istri tak pernah melihat background dari para karyawannya. Utamanya hanya dua, yang penting jujur dan mau bekerja keras.

"Teman-teman yang membantu kita ini dulunya rada badung. Kebanyakan anak jalanan, tidak sekolah, anak band yang badung. Ketika kita menerima mereka di sini, syaratnya memang cuma dua: mau kerja dan jujur," ungkapnya.

"Kalau sengaja di konsep seperti ini sih tidak. Mungkin memang belum banyak tempat yang bisa menerima anak-anak seperti ini, sehingga mereka kesulitan untuk bekerja. Kami salah satunya yang bisa menerima mereka apa adanya," imbuhnya.

Namun, ada salah satu kendala yang sampai saat ini dialami para pengunjung, yakni parkiran. Terutama bagi pengemudi mobil.

"Akhirnya kami berpikir, apa solusi dari permasalahan ini. Buat teman-teman yang datang ke Imah Babaturan dan parkir di Baltos, silakan perlihatkan tiket parkirnya ke kasir. Nanti dapat minuman gratis dari kita," katanya.

Baca Juga: Kisah Nurul Nurmasari, Pensiun Dini dari Perusahaan demi Aksi Kemanusiaan

Ia berharap, di tahun ini para UMKM kuliner bisa dipermudah untuk perizinan dan hal lainnya, seperti parkir. Jangan sampai usaha yang telah mereka bangun dari awal jadi dikorbankan hanya karena tidak memiliki lahan parkir

"Kami pun sudah mencoba untuk mencari solusi dengan cara tadi ya. Untuk perizinan sertifikasi lain tentang makanan juga sebisa mungkin tolong dipermudah bagi para UMKM," harapnya.

Imah Babaturan buka dari pukul 07.00-10.00 malam. Jika kamu ingin mencicipi menu Imah Babaturan, tapi lokasinya jauh dari rumah, di sini juga menyediakan menu reguler dalam kemasan frozen. **

Editor : Marshal Deru Bumi

Atalia Praratya Kamil Terus Dorong Perempuan Kuasai Teknologi Digital

Penting Disimak, Begini Caranya Lepas dari Sikap ‘People Pleasure’