bjb KPR General_Media Online_Media Online
news-details
cerita

Sejuta Cerita Dibalik Perjuangan Penjual Koran

BERITABAIK.ID - Pak Agus namanya, pria paruh baya yang selalu bersemangat menjajakan koran di Kampus Universitas Pasundan, Jalan Lengkong Besar, Kota Bandung.

Pria kelahiran tahun 1962 ini mengais banyak koran di tangan kirinya, beberapa koran lainnya ia pegang di tangan kanannya dan ia tawarkan kepada setiap orang yang lewat di depannya.

Kata Pak Agus, ia hanya memiliki ijazah SD dan menjadi penjual koran adalah hal yang sudah ia lakukan sejak usianya 16 tahun.

Tak hanya di Kampus Unpas, Pak Agus juga berjualan koran keliling dari satu tempat ke tempat yang lain, seperti di Alun-Alun Bandung, Jalan Kebon Kawung, Jalan Otista, Jalan Kepatihan, hingga ke Jalan Balonggede.

Apabila koran masih tersisa banyak, Pak Agus terus berjualan dengan rute yang lebih jauh agar korannya bisa terjual habis. Setiap hari seperti itu sampai perlu pulang lebih larut.

Pak Agus biasa membawa koran dari agen koran di Jalan Cikapundung. Agen koran ini mengharuskan koran yang Pak Agus bawa terjual habis, jika tidak Pak Agus perlu membeli semua koran itu.

Makannya, Pak Agus bilang dia perlu berjuang biar koran-korannya bisa terjual habis.

“Korannya ga bisa dikembaliin harus dibeli kalo bisa seperti itu, ya berjuang sekuat tenaga supaya habis korannya,” kata Pak Agus.

Dari berjualan koran ini, Pak Agus dapat hasil yang tidak menentu, tergantung berapa banyak koran yang ia jual. Apabila koran terjual cukup banyak, Pak Agus bisa membawa pulang 100.000 sampai 150.000. Tapi jika koran hanya terjual sedikit, Pak Agus membawa pulang uang 75.000.

Koran yang dijual pun bervariatif harganya, mulai dari 2000 sampai 9000. Kata Pak Agus koran sekarang sudah berpindah fungsi, koran-koran ini tidak lagi dibeli untuk membaca berita.

“Koran yang mahal ga laku karena orang sekarang bukan mencari berita karena berita mah udah ada di hape lebih dulu jadi inimah informasi buat yang ketinggalan berita. Yang laku mah koran yang murah murah aja kayak dipake buat bungkus gorengan, bungkus kado, buat bikin pola. Jadi orang beli koran buat baca mah cuma 10 persen aja sekarang mah,” kata Pak Agus.

Dulu, koran menjadi surat kabar yang selalu ditunggu kedatangannya, Pak Agus bilang dulu ia memiliki pelanggan tetap dan koran-korannya selalu habis terjual.

Dari berjualan koran ini, Pak Agus bisa membangun rumah orang tuanya, membeli perhiasan, sampai menabung untuk membeli tanah.

Dengan bangga, Pak Agus juga menyampaikan bahwa dia yang lulusan SD dan berjualan koran itu bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi.

"Alhamdulillah dengan pertolongan Allah bisa menyekolahkan anak anak sampai perguruan tinggi. Bapak berpikir jangan sampai pendidikan anak dan pendidikan bapak sama. Bapak cuma lulusan SD, tapi anak-anak mah harus berpendidikan jauh lebih baik ke tingkat lebih tinggi,” kata Pak Agus.

Dari perjalanan yang berliku ini telah banyak menghasilkan banyak cerita luar biasa dibaliknya.

Meski sudah berusia 61 tahun, Pak Agus tetap akan berjualan koran untuk dirinya, keluarganya, hingga untuk bersedekah.

"Selagi koran masih ada, bapak sehat mah akan terus bekerja sampai akhir hayat, sampai Allah memanggil. Bapak juga kan berjualan buat bekel pulang, buat bersedekah," tutup Pak Agus.

(Mutiara Hidayat/Universitas Pasundan)

Editor : Nadiana Tsamratul Fuadah

Fitria Rubiana, Memutus Trauma Keluarga Lewat 'The Cycle Breaker'

Bey Machmudin Apresiasi Kontribusi Hidir Foundation bagi Masyarakat