bjb KPR General_Media Online_Media Online
news-details
Bertemu Teman Baik
Endang Paiman (73), masih setia menjaga palang pintu manual kereta api di Jalan Parakan Saat Kota Bandung.

Cerita Endang Paiman, 32 Tahun Jadi Penjaga Pintu Lintasan Kereta Api

BERITABAIK.ID - Usianya tidak lagi muda. Tahun 2022 ini, Endang Paiman sudah menginjak 73 tahun.

Meski begitu, bapak empat anak ini tetap setia menjaga pintu lintasan kereta api manual di Jalan Parakan Saat Lintasan Patok 7, Kota Bandung. 

Setiap hari Endang menjaga dan mengawasi pintu perlintasan kereta api tersebut secara bergantian. Aktivitas itu dia lakukan sejak tahun 1991 lalu.

Lokasi lintasan kereta api itu bukan jalan raya luas. Namun, termasuk padat karena menjadi salah satu jalur alternatif di Kota Bandung.

Karena itu, Endang pun mesti awas memperhatikan kondisi jalan saat itu. Terlambat  sedikit saja menutup palang pintu kereta api, akibatnya bisa fatal. 

Baca Juga: 6 Fakta Menarik Orang Pendiam, Jarang Diketahui dan Mengejutkan

Ya, menjelang kereta api lewat, Endang memang sudah sigap. Dia langsung menutup palang pintu lintasan kereta api dari besi itu secara manual. 

Palang pintu manual yang terhubung dengan tali itu kemudian menutup jalan dari dua arah. Praktis, tak ada kendaraan yang bisa melintasi rel kereta.

Bersama beberapa rekannya, Endang pun mengatur lalu lintas di kawasan Parakan Saat agar tertib.

Mereka juga menahan pengendara yang mencoba menerobos palang pintu kereta api. Setelah kereta api lewat, palang pintu kereta api itu pun dibuka.

 

Endang mengaku tergerak menjaga pintu lintasan kereta api di Jalan Parakan Saat karena kejadian mengerikan pada tahun 1991. 

Baca Juga: Muhammad Ivan Nugraha, Sekuriti Cikarang yang Jago Bahasa Korea

Kala itu, Endang yang bekerja mencangkul di area rumah tak jauh dari lintasan kereta api Jalan Parakan Saat, mendengar informasi pengendara motor tertabrak kereta api. Korban langsung meninggal di lokasi kejadian.   

Karena rumahnya dekat dengan lintasan kereta api tersebut, Endang pun tergerak  menjaga palang pintu kereta api tersebut.  

"Saya nolongin aja untuk menjaga palang pintu kereta api. Asalnya, hanya motor saja yang bisa melewati palang pintu itu, kalau mobil nggak boleh masuk," cerita Endang, saat ditemui Beritabaik.id, di Jalan Parakaan Saat, Kota Bandung, Senin (5/9/2022).

Endang memang tidak pernah digaji oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI). Namun, dengan penuh rasa syukur dan tulus, dia merasa menjaga palang pintu kereta api, menjadi suatu keharusan. 

Bahkan soal keuangan pun, dia selalu mendapatkan rezeki yang tak terduga dari para pengendara, baik roda dua maupun roda empat.

Baca Juga: 7 Waktu Terbaik Minum Air Putih, Baik bagi Kesehatan

"Kadang kalau hari raya, saya mendapatkan THR-lah (Tunjangan Hari Raya) dari pengendara, misalnya dari pengendara mobil, motor dan lainnya. Saya selalu bersyukur," ucapnya.

Banyak suka duka yang dirasakan Endang selama menjaga palang pintu kereta api di Parakan Saat.

Salah satunya pengendara yang memang cukup arogan kepada penjaga perlintasan kereta api.

Bahkan, dia pernah berbicara sangat kotor kepada Endang. Tapi, Endang tetap menjaga hatinya dengan penuh ikhlas dan tulus.

"Tapi saya mah rela aja, biarin lah, itu hanya omongan aja," ujarnya.

Saat ini, Endang memiliki 24 'karyawan' yang menjaga palang pintu kereta api. Semula, hanya delapan orang, kemudian bertambah jadi 16 orang dan sampai sekarang ada 24 orang. Dari 24 orang itu, salah satunya adalah anak Endang.

Baca Juga: 3 Penyebab Ban Motor Tubeless Sering Kempes

"Disyukuri aja lah. Sekarang aja kendaraan kan makin banyak, kendaraan penuh, macet di mana-mana," ucapnya.

Kendala yang dihadapi Endang adalah pengendara bandel dan suka menerobos perlintasan tersebut.

Meski begitu, Endang hanya memberitahu kepada pengendara tersebut, tetap harus berhati-hati.

"Umpamanya ada yang menerobos, kadang-kadang kita juga emosi, saya kepancing, tapi nggak jadi masalah, itu kan manusiawi, namanya juga manusia," ujar Endang.

"Jangankan waktu dulu, sekarang aja walaupun saya sudah tua, kadang-kadang saya suka emosi," jelas Endang.

Menjaga palang pintu rel kereta api, kata Endang, memang perlu kejelian. Mata harus melihat dengan baik dan telinganya harus mendengar.

"Kalau tidak, bisa kewalahan. Makanya saya mencari orang-orang itu, harus ada ketiganya, kalau salah satunya sakit, berarti tidak bisa menjaga palang pintu," imbuhnya. ***

Editor : Okky Adiana

Ngobrol dengan Raihan Aulia, Pemuda yang Cinta Transportasi Publik

6 Fakta Menarik Orang Pendiam, Jarang Diketahui dan Mengejutkan