"Bukan hanya tentang wifi, tapi juga pelayanan digitalisasi kesahatan, pendidikan, ekonomi dan lainnya," kata Hendra dalam siaran persnya.
Rencananya wilayah DDG (Dipatiukur, Dago dan Ganesha) menjadi target pertama yang akan digarap Living Lab.
Baca Juga: Wow, Warner Bros Beli Serial Animasi Bikinan Indonesia 'The Beachbuds'
Beberapa aspek masalah yang akan dibenahi, seperti ekonomi, pelayanan, dan infrastruktur.
"Hanya 30 persen dari UMKM di Kota Bandung yang sudah melakukan e-payment. Padahal potensinya besar. Nanti setelah coba disosialisasikan digitalisasi, kita lihat berapa persen peningkatan ekonominya," paparnya.
Selain itu, Living Lab ini melibatkan beragam stakeholder terkait. Para stakeholder ini akan diterjunkan langsung ke masyarakat untuk menyelesaikan masalah.
"Jadi, problemnya bukan dibawa ke lab, tapi kita menyediakan para ahlinya langsung ke wilayah tersebut. Makanya dinamakan Living Lab," lanjutnya.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung, Yayan A Brilyana mengatakan, Living Lab bukan hanya pekerjaan Pemkot dan akademisi, tapi juga seluruh stake holder.
"Supaya efektif dan efisien, maka seluruhnya harus terintegrasi. Kita tidak bisa bicara smart city sendirian oleh pemerintah. Tapi perlu menggait masyarakat juga," kata Yayan.
Dengan kolaborasi tersebut, Kota Bandung bisa akselerasi menjadi kota smart dengan infrastruktur lengkap, beragam aplikasi yang bisa digunakan, dan akses internet di manapun.
Artikel Terkait
Wujudkan Pelayanan Publik Prima, Sekda Dorong SKPD Tingkatkan Inovasi
Sekda Jabar: Penyederhanaan Birokrasi Hemat Anggaran 30 Persen
Cukup KTP dan NPWP, UMKM Bisa Ikut Pengadaan Barang Jasa Pemerintah
Jokowi Lantik Dua Menteri dan Wamen Baru Kabinet Indonesia Maju
Pemkot Bandung dan Pemprov Jabar Akselerasi Penetapan Lokasi KM 149