bjb KPR General_Media Online_Media Online
news-details
Indonesia Bercerita
Gejog lesung, kesenian tradisional yang berkembang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Gejog Lesung, Ketika Alat Tani Lantunkan Instrumen Musik

BERITABAIK.ID - Kesenian tradisional ini bisa jadi masih asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Namanya gejog lesung. Dalam Bahasa Jawa, kata "gejog" atau "kothekan" berarti memukul.

Sementara kata "lesung" merujuk pada alat pertanian berupa wadah untuk menumbuk padi.

Dilansir dari koropak.co.id, gejog lesung merupakan permainan instrumen musik perkusi yang menggunakan alat penumbuk padi tradisional, yakni lesung dan alu atau antan.

Lesung terbuat dari kayu gelondong yang dipahat hingga berceruk atau berongga layaknya bentuk perahu.

Baca Juga: Ngobrol dengan Firman, Petugas Gober Muda yang Penuh Semangat

Kemudian untuk alu atau antan, merupakan alat penumbuk padi berupa batang kayu panjang dengan diameter seukuran genggaman tangan orang dewasa.

Kesenian masyarakat agraris itu berkembang di berbagai kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), di antaranya Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Kulonprogo, dan Sleman.

Biasanya, gejog lesung dimainkan oleh 4 sampai 5 orang atau lebih, tergantung besar lesung yang digunakan.

Para pemain secara bergantian memukuli lesung dengan alu atau antan pada bagian atas, samping, tengah, atau tepat pada bagian cekungan hingga menimbulkan suara "tok tek tok tek" secara berirama dan saling bersahut-sahutan.

Uniknya, seiring irama pukulan dari para penabuh lesung, kelompok lain pun akan menyanyikan lagu atau tembang Jawa bernuansa agraris.

Baca Juga: Mudah Dilakukan, Begini Manfaat Menempelkan Kaki ke Dinding

Sebut saja "Wulung Kelalang", "Caping Gunung", "Emprit Neba" hingga "Ayam Ngelik" sambil menari.

Permainan gejog lesung dijadikan sebagai alat untuk memisahkan padi dari kulit dan tangkainya.

Sejatinya, permainan itu sudah ada di kalangan petani sejak lama, tepatnya sebelum menjadi seni pertunjukan musik dalam arti sebenarnya seperti saat ini.

Pada masanya, kesenian itu kerap digunakan sebagai pengisi waktu luang para petani setelah seharian bekerja menumbuk padi di sawah.

Gejog lesung juga dilakukan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas melimpahnya hasil panen. Tak hanya itu, dulu gejog lesung kerap dimainkan saat gerhana tiba.

Baca Juga: Keren! Ibu-ibu Kota Bandung Sulap Pakaian Bekas Jadi Kebaya Baru

Berdasarkan kepercayaan masyarakat Jawa, konon pada zaman dahulu gerhana bulan dan matahari terjadi karena adanya raksasa bernama Batara Kala memakan matahari atau bulan, sehingga membuat langit menjadi gelap seketika.

Masyarakat kemudian secara beramai-ramai menabuh semua benda, termasuk lesung, agar Batara Kala memuntahkan matahari atau bulan, agar gerhana bisa segera berakhir.

Masyarakat juga mempercayai bahwa gejog lesung menjadi media sebagai pengusir raksasa saat gerhana tiba.

Sejak dulu, gejok lesung dikenal hadir membawa keceriaan. Dulu, permainan musik akustik para petani ini juga kerap dimainkan saat malam bulan purnama, atau yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan "Malam Terang Bulan".

Permainan musik itu juga kerap dipakai sebagai sarana hiburan dan pengiring keceriaan anak-anak yang sedang bermain di halaman rumah.

Baca Juga: Pasar Murah Kota Bandung Catatkan Omzet hingga Rp408 Juta

Meskipun belum bisa dipastikan sejak kapan kebiasaan tabuhan lesung ini dimulai, tradisi tersebut diyakini telah berlangsung sejak ratusan tahun silam.

Namun kini esensinya sudah berubah dan tidak lagi terkait dengan mitos ataupun kepercayaan masyarakat.

Kesenian itu kini lebih memiliki fungsi sebagai hiburan hingga menjadi kesenian musik tradisional.

Seiring berjalannya waktu, kemunculan mesin penggilingan padi, mengakibatkan permainan gejog lesung di kalangan para petani semakin terkikis.

Sebagai salah satu cara melestarikannya, masyarakat setempat mengadakan festival gejog lesung.

Kendati sudah jarang dimainkan, meski sayup hingga kini suaranya masih terdengar.***

Editor : Gin Gin Tigin Ginulur

Benarkah Madu Bisa Redakan Asam Lambung? Cek Faktanya Berikut Ini

Ngobrol dengan Firman, Petugas Gober Muda yang Penuh Semangat