bjb KPR General_Media Online_Media Online
news-details
Indonesia Bercerita
Ayi Supriadi atau Abuy.

Sepenggal Kisah Abuy, Musisi Jalanan Nyentrik Bermodal Biola Rakitan

BERITABAIK.ID - Hiruk pikuk sebuah kota tak pernah lepas dari kehadiran pengamen atau musisi jalanan.

Nyaris di setiap keramaian, masyarakat begitu mudah menyaksikan para musisi jalanan beraksi. Aksi mereka pun kini berbeda dari sebelumnya.

Dulu mereka tampil hanya bermodalkan gitar, kini lengkap dengan sound system. Peralatan yang digunakan juga merambah ke biola. 

Terkadang, mereka tampil berkelompok, ada bass, drum rakitan, kajon, dan alat musik pendukung lainnya.

Baca Juga: Berkisah Tentang Kesendirian, Samanta Merilis Album Self Tittled

Trotoar perempatan atau pertigaan jalan 'disulap' menjadi panggung buat mereka. Begitu lampu merah menyala, 'konser' pun dimulai. 

Yang tak kalah menarik, penampilan saat 'mentas'. Bak bermain di panggung konser, mereka tampil dengan dandanan ala musisi.

Nah, di Kota Bandung, ada aksi nyentrik seorang musisi jalanan yang setiap hari tampil di pertigaan jalan menuju Tol Mohammad Toha.

Bermodal biola rakitan, dia selalu mengenakan pakaian dan dandanan yang menarik perhatian pengguna jalan. Namanya Ayi Supriadi atau akrab disapa Abuy.

Baca Juga: Tips Berkendara Paling Aman Buat Lady Bikers agar Tetap Terlihat Anggun

"Jadi musisi jalanan mah ya harus berani tampil beda, biar dilihat orang. Skill mah gimana nanti," kata Abuy saat ditemui Beritabaik.id di pertigaan Jalan Tol Mohammad Toha.

Abuy lantas bercerita awal mula terjun ke jalan dan meniti 'karier' sebagai musisi jalanan.

Dia mengaku menjalani aktivitas tersebut sejak tahun 1990. Kala itu, Abuy masih duduk di kelas 1 SMA.

Niat Abuy mengamen cuma satu yakni membantu ibu karena ayahnya meninggal saat dia tamat SMP.

Baca Juga: Tawarkan Konsep Belanja ala Jepang, Uniqlo Siap Buka Gerai di Bandung

"Tahun 1990 bapak meninggal. Saya sempat bingung mau lanjut sekolah ke SMA. Saya sempat bilang sama ibu gak bakal sekolah," cerita Abuy.

Beruntung, bantuan dari yayasan membuat Abuy tetap bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA.

Namun, dia tetap keukeuh mengamen sekadar buat jajan sehari-hari. Ibunya pun mengizinkan, asal tak sampai kebablasan.

"Kebetulan ada yayasan, meringankan, sekolah gratis, tapi jajan mah angger (tetap). Jadi saya tetap ngamen, malah kadang gak sekolah," ujar Abuy.

Lulus SMA, Abuy terus melanjutkan aktivitasnya menjadi musisi jalanan. Bahkan, dia merambah mengamen di dalam bus hingga sampai ke luar kota.

"Saya menikah tahun 1999 dari hasil ngamen juga. Dari ngamen pula saya menghidupi keluarga sampai saat ini," kata Abuy.

Dari hasil pernikahannya, Abuy dikaruniai tiga anak. Namun, anak pertamanya meninggal karena sakit.

"Alhamdulillah anak saya yang kedua sudah tamat sekolah dan bekerja. Yang kecil masih kelas tiga SD," kata Abuy.

Baca Juga: Kisah Seru Atep Menyapu Jalanan Kota Bandung dengan Truk Canggih

Bagi Abuy, mengamen seolah sudah jadi jalan hidupnya. Sempat berhenti tahun 2008 karena satu kejadian, Abuy tetap kembali ke jalanan.

"Pernah suatu ketika saya berhenti ngamen tahun 2008, terus kerja jadi marbot. Tapi ya akhirnya tetap kembali mengamen sampai sekarang," cerita Abuy.

Dandanan nyentrik jadi andalan Abuy saat memulai aksi. Maka, saat hendak berangkat ngamen jam 8 pagi, Abuy terlebih dulu memperhatikan penampilan.

Saat dirasa pas dan menarik perhatian, dia pun percaya diri bermain biola atau bernyanyi di tengah keramaian pengendara mobil dan motor.

"Meski saya hidup di jalanan, saya tetap tak ingin anak-anak saya jadi pengamen. Pernah anak saya saat kecil bilang ingin ngamen, saya larang. Cukup bapak saja yang di jalan," ujar Abuy.

Baca Juga: Es Podeng, Cara Warga Pribumi 'Perangi' Makanan Kolonial

Saat itu Abuy hanya berpesan agar anaknya fokus menamatkan sekolah. Soal rezeki, dia yakin sudah ada yang mengatur.

"Kalem we, dari ngamen juga kekejar rezeki mah. Yang penting sekolah beres. Alhamdulillah, sekarang sudah kerja," kata Abuy. 

Apa harapan Abuy sebagai musisi jalanan? "Perhatian dari pemerintah," kata Abuy singkat.

Bukan untuk dirinya, lanjut dia, tapi generasi selanjutnya yang saat ini banyak berkeliaran di jalanan. 

"Banyak anak-anak di jalanan yang kecil-kecil. Kadang saat terjaring razia, mereka tetap kembali ke jalan karena belum ada solusi yang bagus buat semuanya," harap Abuy. ***

Editor : Gin Gin Tigin Ginulur

Pasar Murah Kota Bandung Catatkan Omzet hingga Rp408 Juta

Berkisah Tentang Kesendirian, Samanta Merilis Album Self Tittled