bjb KPR General_Media Online_Media Online
news-details
Indonesia Bercerita
Salah satu tradisi pemakaman yang berbeda di Indonesia adalah Ngaben, Bali.

Tujuh Tradisi Pemakaman 'Berbeda' di Indonesia

BERITABAIK.ID - Indonesia terkenal dengan keanekaragaman tradisi yang tersebar di seluruh pelosok.

Salah satunya adalah tradisi kehidupan, mulai dari kelahiran, pernikahan, hingga kematian. Terkait tradisi pemakaman, masing-masing daerah memiliki perbedaan.

Beberapa di antaranya terbilang unik, bahkan sampai menjadi suatu tontonan kebudayaan yang menarik bagi masyarakat luar yang menyaksikannya.

Dikutip dari koropak.co.id, berikut ini sejumlah tradisi pemakaman yang tampak “berbeda” di Indonesia:

1. Rambu Solo, Toraja

Upacara pemakaman Rambu Solo ini dilaksanakan oleh masyarakat Toraja. Biasanya, upacara pemakaman ini digelar pada saat matahari mulai tergelincir ke barat.

Baca Juga: Rekayasa Lalu Lintas, Flyover Jakarta-Supratman Jadi Dua Arah

Dalam pelaksanaannya, jenazah akan dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Upacara tersebut dilakukan sebagai wujud bakti anak dalam memuliakan leluhur mereka hingga akhir hayatnya.

2. Marapu, Sumba

Marapu merupakan sistem kepercayaan yang sejak dulu dianut oleh masyarakat Sumba.

Marapu berasal dari dua kata, yaitu ma yang bermakna "Yang" sedangkan rappu bermakna "Dihormati, Disembah dan Didewakan".

Para penganut kepercayaan ini memakamkan jenazah dengan biaya pemakaman yang tidak sedikit, dikarenakan dalam proses pemakamannya membutuhkan kurban hewan ternak.

Jenazah yang dimakamkan dengan tradisi ini nantinya akan diposisikan seperti janin di dalam rahim, lalu dikubur dengan kuburan khas berupa batu yang diberi lubang lalu ditutup dengan batu lagi.

Baca Juga: Yuk, ikuti Lomba Inovasi SCBD Berhadiah Rp10 Juta

3. Waruga, Minahasa

Konon pada zaman dahulu, di Minahasa ada tradisi membuat makam yang nantinya akan mereka tempati sendiri. Mereka percaya bahwa makam tersebut harus dibuat seindah mungkin untuk menghormati rohnya.

Diketahui, waruga merupakan makam yang terdiri dari dua batu. Batu pertama berbentuk peti, batu kedua berbentuk menyerupai limas.

Biasanya, waruga ini akan dihiasi ornamen berupa ukiran hewan, manusia, tanaman, ataupun geometri. Namun tidak sedikit juga ada beberapa waruga yang memiliki ornamen berupa kisah hidup manusia.

4. Ngaben, Bali

Ngaben ini merupakan proses kremasi atau pembakaran jenazah yang dilakukan umat Hindu Bali.

Dalam bahasa Bali, Ngaben disebut juga dengan palebon, berasal dari kata lebu yang artinya prathiwi atau tanah. Palebon juga berarti menjadikan prathiwi (abu).

Baca Juga: Enam Mainan Anak 'Jadul' dari Karet Gelang

Untuk menjadikan prathiwi, ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu membakar (ngaben) dan menanam ke dalam tanah (metanem). Tujuan dari Ngaben adalah untuk mensucikan roh orang yang sudah meninggal.

5. Tiwah, Kalimantan Tengah

Tiwah merupakan salah satu ritual pemakaman yang dilakukan oleh Suku Dayak di Kalimantan Tengah.

Pemakaman Tiwah akan dilakukan setelah jenazah dikubur selama beberapa tahun hingga meninggalkan tulang saja.

Upacara Tiwah dilakukan untuk menyempurnakan jenazah dalam upacara terakhir, agar keterikatan jenazah dengan dunia nyata bisa segera dilepaskan.

Baca Juga: Upayakan 'Naik Kelas', PKL Kota Bandung akan Dibuat Tematik

6. Mumifikasi Suku Asmat, Papua

Bukan hanya Mesir yang memiliki tradisi mumifikasi, tapi juga ada di suku Asmat. Sebenarnya, tradisi Mumifikasi suku Asmat ini tidak dilakukan untuk semua jenazah.

Mumifikasi hanya dilakukan kepada jenazah kepala suku atau orang yang memiliki status sosial penting di dalam suku.

Untuk proses mumifikasi dilakukan dengan cara mengolesi jasad terlebih dahulu menggunakan ramuan alami.

Setelah itu, jasad akan diposisikan duduk dan diletakkan di atas perapian hingga menghitam.

Jasad yang telah melalui serangkaian proses mumifikasi tersebut akan disimpan di dalam Honai atau rumah tradisional suku Dani.

Baca Juga: Cegah Penyebaran DBD, Pemprov Jabar Siapkan Tiga Langkah Terpadu

7. Sirang-Sirang, Sumatera Utara

Sirang-Sirang merupakan salah satu upacara pemakaman yang ada di Sumatera Utara, khususnya Batak Karo.

Sejak pengaruh agama Hindu masih melekat dengan kuat, masyarakat Batak Sembiring melakukan upacara pembakaran jenazah dengan cukup besar.

Konon, jenazah akan dibakar di dekat sungai, lalu abunya diambil oleh beberapa orang yang kemudian melarungkannya ke dalam aliran sungai.

Sebelumnya, orang yang melarungkan abu jenazah harus mandi dengan bersih agar tidak kena sial atau diikuti oleh roh dari jasad yang dibakar.***

Editor : Gin Gin Tigin Ginulur

Empat Tahun Tiarap, Crayola Eyes Merilis Single 'Spectrum (for Sonic Boom)'

Rekayasa Lalu Lintas, Flyover Jakarta-Supratman Jadi Dua Arah