BERITABAIK.ID - Inovasi keren datang dari Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka menggagas pembalut ramah lingkungan (biodegredable) dan mendapat apresiasi dari Falling Walls Foundation.
Pembalut ramah lingkungan ini digagas oleh Difa Ayatullah bersama timnya; Elshanti Nabiihah Salma, Wanda Ayu Puspita Ningratri, Fathya Alya Nurverina yang membantu di bidang research and development.
Konsep pembalut biodegradable ramah lingkungan ini menerapkan dua prinsip penting dari segi prototyping. Pertama, material absorbent layer berupa kapas pada pembalut konvensional diganti menjadi material plant-based sehingga memunculkan sifat organik.
Kedua, lapisan plastik di bawah pembalut dimodifikasi menjadi material bioplastic sehingga tidak akan mencemari lingkungan.
Selain kedua aspek tersebut, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pembalut biodegradable dengan pembalut konvensional dari segi bentuk maupun kegunaannya.
Baca Juga: Asyik! Teras Cihampelas Tampak Siap Bergeliat Lagi
Difa yang juga merupakan anggota unit Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam (KMPA), memiliki keresahan terhadap isu keberlanjutan lingkungan.
Data yang ditemukannya menunjukkan bahwa 95% wanita Indonesia memilih menggunakan pembalut selama periode mentruasi mereka, sehingga limbah pembalut yang dibuang ke lingkungan mencapai 26 ton per hari.
Kekhawatiran dan keresahan akan hal tersebut kemudian mengantarkannya pada ide untuk menciptakan pembalut wanita yang dapat terdegradasi secara alami dalam waktu yang relatif singkat.
“Konsep idenya muncul karena keresahan pribadi, bahwa ternyata kita menghasilkan sampah pembalut sebanyak itu,” ujarnya.
“Apalagi waktu menemukan infografis yang menyatakan bahwa satu pembalut setara dengan empat kantong plastik. Satu sisi sudah berusaha mengurangi sampah dari kantong plastik, namun di sisi lain masih ada sampah sejenis dari sumber yang berbeda. Apalagi untuk terurai (sampah pembalut) butuh waktu ratusan tahun, dan selama itu pula akan terus menumpuk,” kata Difa menambahkan.
Setelah melakukan serangkaian riset, Difa menemukan solusi terbaik untuk mengurangi limbah pembalut melalui penciptaan pembalut plant-based.
Difa mengatakan, saat mencari bahan penyerap di bagian absorbent layer mereka menemukan solusi yaitu material dari tanaman yang memberikan nilai tambah organik serta lebih aman bagi kesehatan.
Baca Juga: Seperti Malioboro, Yuk Intip Wajah Baru Jalan HZ Mustofa Tasikmalaya!
Inovasi mereka kemudian mendapat apresiasi dari Falling Walls Lab Indonesia 2022 yang diadakan oleh Falling Walls Foundation.
Untuk diketahui, Falling Walls Lab merupakan kompetisi pitching ideas yang menekankan pada inovasi peserta dalam mengatasi suatu permasalahan. Peserta yang dapat mengikuti kompetisi Falling Walls Lab adalah mahasiswa tingkat sarjana hingga post-doctoral.
Sebagai pemenang dalam Falling Walls Lab Indonesia, Difa berkesempatan untuk mewakili Indonesia dalam gelaran Global Final Falling Walls Lab yang diadakan di Jerman pada 7-9 November mendatang.
Di sana ia akan melakukan pitching ulang di hadapan para panelis dan juri profesional dari berbagai bidang untuk bersaing dengan perwakilan-perwakilan dari negara lain. ***
Editor : Marshal Deru Bumi