BERITABAIK.ID - Usia 19 biasanya lekat dengan fase awal masuk kuliah. Ada yang sudah menginjak tingkat dua, atau bahkan baru masuk kuliah saat menginjak usia tersebut.
Akan tetapi Naufal Shafiy Putra Angkasa tidak demikian. Di usianya yang baru 19 tahun 10 bulan, ia sudah menamatkan studinya di Departemen Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Ya, pria yang akrab disapa Shafiy ini maju sebagai wisudawan termuda pada wisuda ke-126 ITS.
Menyelesaikan kuliah di usia belia jadi keistimewaan tersendiri bagi pria yang akrab disapa Shafiy ini. Pilihan studi S1 di Teknik Perkapalan ITS merupakan wujud dari ketertarikannya dalam bidang konstruksi kapal.
Selain itu, ia memiliki misi untuk berkontribusi pada kemaritiman Indonesia yang dirasa masih tertinggal dengan negara lain.
Di usianya yang masih belia, Shafiy punya pandangan tentang laut Indonesia. Kata Shafiy, laut Indonesia masih banyak tercemar oleh sampah plastik yang belum bisa diolah, sehingga merusak ekosistem laut.
Baca Juga: Benarkah Madu Bisa Redakan Asam Lambung? Cek Faktanya Berikut Ini
Tak berhenti di situ, ia pun menjajal terobosan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di laut Indonesia.
Ia memilih topik Tugas Akhir (TA) berjudul Analisis Teknis dan Ekonomis Metode Penyambungan Plastik Daur Ulang.
Pada penelitiannya, Shafiy menggunakan sistem pengeleman dan plastic webbing untuk kulit lambung kapal.
Ia lulus dengan predikat cum laude pada tahun 2022 ini.
Meski begitu, Shafiy mengaku harus melalui perjalanan berliku selama menyelesaikan studi di ITS. Bagaimana tidak? Ia terpaut usia cukup jauh dibanding teman-teman seangkatannya.
Baca Juga: Gejog Lesung, Ketika Alat Tani Lantunkan Instrumen Musik
Karena umurnya yang masih belia dan sudah berstatus mahasiswa, ketidakstabilan emosi kerap dirasakannya. Hal ini lumrah dialami mengingat umurnya yang masih remaja. Ia bersyukur memiliki keluarga dan teman yang supportif sehingga dapat membantunya melewati rintangan kecil semasa kuliah.
Meski terpaut umur yang cukup jauh, Shafiy mengaku bisa beradaptasi dan berkomunikasi dengan baik dengan teman-teman seangkatannya.
“Solidaritas teman Teknik Perkapalan yang tinggi sudah diasah saat kaderisasi, umur tidak menjadi batasan bahkan sudah seperti keluarga sendiri,” terang pria asal Sidoarjo tersebut.
Tak Hanya Berkuliah
Ketika menjadi mahasiswa, Shafiy tak hanya menelan mentah-mentah ilmu yang diberikan dosen. Selepas perkuliahan, ia membaca ulang materi yang diberikan sebagai wawasan baru ke depannya.
Tak hanya itu, pria yang tertarik di bidang konstruksi ini juga berkecimpung pada proyek riset Baito Deling. Di sini, ia belajar proses pembuatan kapal dengan laminasi bambu.
“Biasanya kapal terbuat dari aluminium dan kayu, tetapi saya tertarik bergabung dengan Baito Deling karena membuat kapal dari bambu,” ucapnya.
Baca Juga: Ngobrol dengan Firman, Petugas Gober Muda yang Penuh Semangat
Menurutnya, mahasiswa tidak hanya harus fokus pada bidang akademik, tetapi juga pengalaman non akademik. Karena itu, wisudawan muda ini juga aktif pada Himpunan Mahasiswa Teknik Perkapalan (HIMATEKPAL).
Ia menjadi staff divisi pengembangan sumber daya manusia (PSDM) dan tahun berikutnya menjadi kepala divisi PSDM di organisasi ini.
Belum berhenti, Shafiy juga merasa perlu membekali diri pada dunia pemasaran. Di tahun ketiganya jadi mahasiswa, ia menjadi digital marketer Baito Deling dan mempelajari project management.
Ilmu yang ia dapatkan semasa di Baito Deling membuatnya bersyukur karena dapat berguna untuk jenjang karirnya nanti.
Baca Juga: Mudah Dilakukan, Begini Manfaat Menempelkan Kaki ke Dinding
Lulus dengan predikat termuda tak lantas membuat Shafiy mengajak semua orang untuk menyelesaikan sesuatu di usia yang lebih muda seperti yang dirinya lakukan. Malah, ia berpendapat, proses belajar tak mengenal waktu dan usia.
Sebagai pamungkas, ia mengingatkan kita agar tidak mudah menyerah dalam berproses menjalani kehidupan.
“Jadilah manusia yang bermanfaat untuk sekitar sehingga memberi dampak positif pada diri kita juga,” tutupnya. ***
Editor : Marshal Deru Bumi