BERITABAIK.ID - Bali tak hanya memiliki pesona wisata yang terkenal hingga mancanegara.
Wilayah yang dikenal sebagai Pulau Dewata itu memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang tetap dilestarikan sampai saat ini.
Salah satunya adalah tradisi Makepung yang berasal dari Kabupaten Jembrana.
Dilansir dari koropak.co.id, tradisi itu merupakan balapan kerbau yang dilakukan masyarakat petani, dan sudah berlangsung secara turun-temurun.
Biasanya, tradisi Makepung dilakukan pada saat musim tanam padi tiba.
Baca Juga: Usung Semangat Tebar Kebaikan, PMI Tingkatkan Pelayanan pada Masyarakat
Makepung telah menjadi identitas dari Kabupaten Jembrana yang dikenal sebagai "daerah buangan" bagi masyarakat "pembangkang".
Selain itu, Jembrana juga turut dikenal sebagai daerah yang heterogen dan lebih terbuka terhadap perubahan.
Selain sebagai sarana hiburan dan pengisi waktu luang, tradisi makepung juga memiliki arti sebagai olahraga gaya petani Bali lawas.
Tak hanya itu, tradisi ini juga dinilai untuk memupuk semangat dan kegigihan dalam berjuang demi meraih sebuah impian.
Baca Juga: Jajal Mobil Listrik, Abimanyu dan Decky Sastra: Yuk, Kita Beradaptasi!
Tradisi tersebut dipercaya sudah ada sejak 1925 dan berawal dari sebuah permainan iseng yang dilakukan para petani saat membajak sawah.
Seiring berjalannya waktu, para petani mengubah kegiatan iseng tersebut menjadi tradisi lomba balap kerbau yang dilakukan di arena sawah.
Para petani sepakat untuk mengadakan semacam lomba adu cepat di atas cikar-cikar atau pedati sebagai pengangkut hasil panen.
Pedati itu ditarik satu akit kerbau atau sepasang kerbau yang penuh dengan muatan padi hasil panen raya dari sebidang tanah yang mereka garap.
Ternyata, kegiatan itu memberikan dampak yang positif bagi para petani hingga kerbau yang mengangkut pedati.
Baca Juga: Jokowi Sebut Tol Cibitung–Cilincing Bisa Percepat Mobilitas Barang
Akhirnya, lomba adu cikar pengangkut padi itu berkembang menjadi atraksi pakepungan.
Kini, tradisi Makepung biasa diadakan di Kabupaten Jembrana pada hari Minggu di bulan Juni sampai Oktober.
Aturan mainnya mirip dengan tradisi Karapan Sapi yang ada di Madura. Tapi, ada hal yang sedikit unik.
Pemenang dalam tradisi ini ditentukan dengan siapa yang berhasil membuat jarak antarpeserta di belakangnya sejauh sepuluh meter.
Jika lawan berhasil mempersempit jaraknya menjadi kurang dari 10 meter, maka sang lawanlah yang menjadi pemenangnya.
Seiring berjalannya waktu, Makepung bertransformasi menjadi salah satu agenda tahunan, hingga ada Makepung Gubernur Cup dan Jembrana Cup.
Ratusan peserta dari berbagai kalangan turut memeriahkan kegiatan tersebut.***
Editor : Gin Gin Tigin Ginulur