bjb KPR General_Media Online_Media Online
news-details
Indonesia Bercerita
Di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, pemakaman dilakukan di tebing batu.

Makam Lemo Toraja, Lebih Tinggi Lokasi, Makin Dekat dengan Tuhan

BERITABAIK.ID - Indonesia memiliki beragam budaya dan tradisi yang berbeda antara satu daerah dengan wilayah lainnya, termasuk urusan jenazah.

Dilansir dari koropak.co.id, beberapa daerah memiliki tradisi memperlakukan jenazah yakni tanpa dikubur di dalam tanah, dengan atau tanpa peti.

Di Bali misalnya, ada upacara ngaben atau membakar jenazah yang dilakukan umat Hindu.

Ngaben atau palebon merupakan ritual mengembalikan roh leluhur ke tempat asalnya.

Sementara di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, lain lagi. Di sana, tepatnya di Lemo, pemakaman dilakukan di tebing batu.

Tradisi tersebut sudah berlangsung sejak 1650. Di tebing cadas itu ada sekitar 75 lubang yang dijadikan tempat pemakaman.

Baca Juga: Produk Fesyen Jadi Unggulan Ekspor Kota Bandung

Jenazah disimpan dalam peti, kemudian peti itu dimasukkan ke dalam lubang batu di tebing tinggi yang sebelumnya sudah dipahat secara manual.

Biasanya, satu lubang diisi oleh satu keluarga dan ditutup kayu.

Ada pula tao-tao atau patung pahat berbentuk manusia yang merupakan simbol orang yang meninggal.

Namun, tidak semua lubang ada tao-tao, karena itu hanya diperuntukkan bagi kaum bangsawan dan ketua adat.

Patung pahat itu berupa boneka kayu yang didandani lengkap dengan baju dan aksesori menyerupai almarhum.

Selain penghormatan kepada orang yang sudah tiada, masyarakat semakin tinggi letak makam, jenazah tersebut akan lebih dekat dengan Tuhan.

Baca Juga: Pemkot Bandung Tambah Kolam Retensi, Kali Ini Ada di Jalan Bima

Begitu pula dengan pembuatan tao-tao yang diyakini menjadi bekal untuk menjalani kehidupan bersama dewa.

Sebagai wadah untuk menampung jiwa orang yang meninggal, tao-tao terbuat dari bahan tahan lama.

Selain menggunakan kayu nangka, ada juga yang memakai bambu. Posisi tangan dari tao-tao itu ada yang menghadap ke atas dan ke bawah.

Ada dua tafsir dari posisi tangan itu. Pertama, sebagai pembeda antara yang masih hidup dan yang sudah meninggal dunia. Kedua, ke atas berarti memohon, ke bawah artinya memberkati.

Baca Juga: Mengenal 7 Bangunan Cagar Budaya Baru di Bandung, Sudah Pernah Lihat Belum?

Selain sebagai situs yang sudah berusia lebih dari 3,5 abad, makam lemo ini merupakan destinasi wisata unik dan menarik untuk dikunjungi.

Namun, ada peraturan yang harus dipatuhi saat berziarah ke kompleks pemakaman ini.

Salah satu aturannya pintu makam hanya boleh dibuka sebelum dan sesudah panen.

Jika dilanggar, masyarakat di sana percaya akan terjadi petaka. Selain akan menyebabkan gagal panen, pelanggar bakal dikenakan sanksi berupa upacara penyembelihan beberapa ekor babi.***

Editor : Gin Gin Tigin Ginulur

Keren, Mahasiswa ITB Raih 2 Medali Emas pada Ajang Skate Asia 2022

Produk Fesyen Jadi Unggulan Ekspor Kota Bandung