bjb KPR General_Media Online_Media Online
news-details
Kisah Inspiratif
Aulia Rachmi Kurnia, teman netra mahasiswa baru Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Belajar dari Aulia, Teman Netra yang Lincah dan Haus Ilmu

BERITABAIK.ID - Namanya Aulia Rachmi Kurnia, mahasiswa baru Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM). Kisah dan semangat juang Aulia begitu menginspirasi.

Aulia adalah teman netra. Perjuangannya menjalani pendidikan dari tingkat dasar hingga diterima sebagai mahasiswa UGM bukan hal yang mudah.

Terlebih dengan kondisi fisiknya yang berbeda dengan remaja lain pada umumnya.

Dia merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Muhammad Syukur (53) dan Mira Susanti (45) asal Jakarta. Sebetulnya, putri buruh pabrik kayu ini tidak mengalami kebutaan sejak lahir.

“Saya mulai tidak bisa melihat itu sejak kelas 2 SD,” katanya dalam laman resmi UGM.

Dia menceritakan kebutaan yang dideritanya bermula saat usia 5 tahun. Kala itu Aulia mengalami demam yang cukup tinggi dan ada kesalahan dalam pemberian obat yang mengakibatkan kehilangan kesadaran selama 3 minggu.

Baca Juga: Disabilitas Makin Banyak Teman dengan Hadirnya Aplikasi TeDi

Begitu tersadar, pengelihatannya sudah tidak bisa berfungsi optimal, semuanya terlihat kabur.

Kondisi tersebut terus berlangsung hingga Aulia duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar. Dia mulai kehilangan pengelihatan pada salah satu matanya.

Kondisi tak kunjung membaik dan hingga akhirnya ia kehilangan pengelihatannya secara total setahun kemudian.

“Saat tidak bisa melihat saya tidak merasa gimana-gimana. Seperti anak kecil pada umumnya, tetap bermain. Bahkan, naik sepeda karena gak bisa gowes ya pakai kaki aja,” kata gadis kelahiran Jakarta 17 Desember 1998 ini.

Karena kondisinya yang sudah tak bisa melihat lagi, keluarga pada akhirnya memutuskan untuk Aulia berhenti sekolah terlebih dahulu.

Baca Juga: Mantap, Es Krim Pakcoy Produk Kota Bandung Dapat Pujian dari Italia

Sejak tahun 2006 Aulia tidak lagi melanjutkan sekolah untuk fokus menjalani terapi maupun pengobatan.

Tak berhenti di situ, beragam upaya telah ditempuh oleh keluarga untuk kesembuhan Aulia, namun belum bisa mendapatkan hasil yang positif.

Akhirnya, keluarga berusaha untuk ikhlas menerima takdir yang telah digariskan untu Aulia.

Hebatnya, Aulia adalah gadis yang kuat dan tak kenal putus asa. Ia tidak merasa sedih atas kondisi dirinya yang kekuarangan.

Semangat menjalani hidup dan bersekolah layaknya anak-anak lain pada umumnya sangat besar. Ia mulai melanjutkan sekolah di tahun 2014 silam.

Baca Juga: Yuk, Mengenal Sejarah Kebun Binatang Bandung

Selain hebat dan kuat, semangatnya untuk melanjutkan sekolah patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, di tengah keterbatasan yang dimilikinya, ia tak ragu untuk sekolah jauh dari ibu kota.

Kemauan kuatnya untuk mandiri dan dorongan dari keluarga besarnya akhirnya memantapkan niatnya untuk mencari ilmu hingga ke Yogyakarta.

“Mulai 2014 saya lanjut ke salah satu SLB di Yogyakarta yakni SLB Yaketunis dari bangku SD hingga SMP. Itu awalnya Ayah Ibu kurang setuju karena kan jauh dari rumah, namun om dan tante menyakinkan kami dan buktinya saya berhasil mandiri,” tuturnya.

Lepas dari bangku SMP, Aulia melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Sewon di Bantul. Ia masuk melalui jalur afirmasi bagi penyandang disabilitas.

Selama menjalani masa SMA pun, ia tak merasa kesulitan untuk berbaur dengan pelajar lainnya. Malahan, ia punya banyak teman yang membantunya selama belajar hingga lulus SMA.

Baca Juga: Ridwan Kamil Bekali Ribuan Siswa dengan Wawasan Kebangsaan

Aulia memang anak yang tidak bisa hanya diam berpangku tangan. Selain sekolah ia juga aktif dalam cabang olahraga Goalball atau bola gawang yang dikhususkan bagi tunanetra.

Kegiatan ini sukses mengantarkannya bersama tim meraih sejumlah prestasi. Beberapa di antaranya: juara 1 cabang olahraga Goalball dalam Pekan Olah Raga Daerah (PORDA) DIY tahun 2019 dan juara 3 di Kejuaraan Goalball Tingkat Nasional 2018.

Tak berhenti sampai di situ, usai menyelesaikan studi SMA, Aulia memantapkan hati untuk ikut ujian masuk perguruan tinggi melalui jalur UTBK dengan pilihan pertama di UGM.

Percobaan pertamanya memang gagal. Namun ia tak patah semangat. Aulia kembali mencoba mengikuti ujian lewat jalur CBT UGM. Rupanya hasil tidak mengkhianati usaha, ia diterima di prodi impiannya yakni Sastra Indonesia UGM.

“Saya itu hobi menulis, membuat puisi jadi senang sekali akhirnya bisa diterima di Sastra Indonesia karena di situ saya bisa semakin tertempa," ucapnya.

Baca Juga: Mengolah Sampah Jadi Berkah ala Buruan Sae Sawargi

Aulia berharap kelak ia dapat menjalani kuliah di UGM dengan lancar. Dia yakin bisa menyelesaikan kuliah dengan baik.

Apalagi, UGM disebut sebagai kampus inklusif dan ramah bagi penyandang disabilitas. Sejak awal mengikuti tes, ia menerima fasilitasi dari UGM seperti pendampingan saat di lokasi dan penyediaan perangkat khusus saat ujian.

“Harapannya dengan kuliah di UGM bisa sukses dan lebih baik lagi kedepannya. Meski dengan kondisi terbatas, yang penting tetap semangat. Jangan pernah menganggap diri kita tidak bisa, kita bisa melakukan apa yang orang umumnya lakukan walau dengan keterbatasan,” pungkasnya.

Perjalanan Aulia masih panjang. Tentu, dunia akan selalu menanti gerak lincah serta puisi indahnya. Semangat selalu, Aulia!***

Editor : Marshal Deru Bumi

Ridwan Kamil Gandeng Bonge Ramaikan Peresmian Situ Rawa Kalong

Disabilitas Makin Banyak Teman dengan Hadirnya Aplikasi TeDi